I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Uji impak adalah
pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Agar
dapat memahami uji impak terlebih dahulu mengamati fenomena yang terjadi
terhadap kapal titanik yang berada pada suhu rendah ditengah
laut, sehingga menyebabkan materialnya menjadi getas dan mudah patah. Disebabkan laut memiliki banyak
beban (tekanan) dari arah manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung es,
sehingga tegangan yang telah terkonsentrasi disebabkan pembebanan sebelum
sehingga menyebabkan kapal tersebut terbelah dua. Dalam Pengujian Mekanik,
terdapat perbedaan dalam pemberian jenis beban kepada material. Uji tarik, uji
tekan, dan uji punter adalah pengujian yang menggunakan beban statik. Sedangkan uji impak (fatigue)
menggunakan jenis beban dinamik. Pada uji impak, digunakan pembebanan yang
cepat (rapid loading). Perbedaan dari pembebanan jenis ini dapat dilihat pada
strain ratenya. Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak, terjadi
proses penyerapan energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang
menumbuk ke spesimen. Proses penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai
respon material seperti deformasi plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek
inersia.
B.
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan
dari praktiku m ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui pengaruh
beban impak terhadap sifat mekanik material.
2.
Mengetahui standar
prosedur pengujian impak
3.
Mengetahui factor yang
mempengaruhi kegagalan material dengan beban impak
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Sejarah Pengujian Impak
Sejarah
pengujian impak terjadi pada masa Perang Dunia ke 2, karena ketika itu banyak
terjadi fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal perang dan
tanker-tanker. Diantara fenomena patahan tersebut ada yang patah sebagian dan
ada yang benar-benar patah terbeah menjadi 2 bagian, fenomena patahan ini
terjadi terutama pada saat musim dingin-ketika diaut bebas ataupun ketika kapal
sedang berabuh. Dan contoh yang sangat terkenal tentang fenomena patahan getas
adalah tragedi Kapal titanic yang melintasi samudera Atlantik. Dasar pengujian
impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun
dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji
mengalami deformasi.
Jenis-jenis
metode uji impak Secara umum metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis yaitu:
a.
Metode Charpy merupakan pengujian tumbuk
dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi horizontal/
mendatar, dan arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan.
Gambar 1. Ilustrasi
skematik pembebanan impak pada benda uji Charpy
|
b.
Metode Izod merupakan pengujian
tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi , dan
arah pembebanan serah dengan arah takikan.
Pengujian
impak yang dilakukan pada praktikum ini adalah sesuai dengan standar ASTM E 23
untuk metode Charpy dan Izzod. Metode Charpy banyak digunakan di Amerika
sedangkan Izzod digunakan di Eropa.
Gambar 2.
Ilustrasi skematik pembebanan impak pada benda uji Izood
B.
Patah Getas dan Patah
Ulet
Secara umum perpatahan dapat
digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu
a.
Patah
Ulet/ liat
Patah yang
ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama proses
penjalaran retak.
b.
Patah
Getas
Patah yang
ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi,
Tanpa
terjadi deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro. Terdapat 3
faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi patah
getas :
1.
Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2.
Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju
pembebanan yang cepat.
c. Patah Campuran
Merupakan gabungan dari patah ulet dan patah
getas.
C.
Ketangguhan bahan
Ketangguhan suatu bahan adalah kemampuan
suatu bahan material untuk menyerap energi pada daerah plastis atau ketahanan
bahan terhadap beban tumbukan atau kejutan. Penyebab ketangguhan bahan adalah
pencampuran antara satu bahan dengan bahan lainnya. Misalnya baja di campur
karbon akan lebih tangguh dibandingkan dengan baja murni. Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi ketangguhan bahan adalah :
1.
Bentuk takikan
Bentuk takikan amat
berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena adanya perbedaan
distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang
mengakibatkan energi impact yang
dimilikinya berbeda-beda pula. Ada beberapa jenis takikan berdasarkan kategori
masing-masing. Berikut ini adalah urutan energi impact yang dimiliki oleh suatu bahan berdasarkan bentuk
takikannya.
Takikan dibagi menjadi
beberapa macam antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Takikan segitiga
Memiliki
energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini
disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik
saja, yaitu pada ujung takikan.
b.
Takikan segi empat
Memiliki
energi yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan terdistribusi
pada 2 titik pada sudutnya.
c.
Takikan Setengah
lingkaran
Memiliki energi impact yang terbesar karena distribusi tegangan tersebar pada
setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.
2.
Beban
Semakin
besar beban yang diberikan , maka energi impact
semakin kecil yang dibutuhkan untuk mematahkan specimen, dan demikianpun
sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah patah
apabila dibebani oleh gaya yang sangat besar.
3.
Temperatur
Semakin
tinggi temperature dari specimen, maka ketangguhannya semakin tinggi dalam
menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan temperature
yang lebih rendah. Namun temperature memiliki batas tertentu dimana ketangguhan
akan berkurang dengan sendirinya.
4.
Transisi ulet rapuh
Hal
ini dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya kondisi struktur yang susah
ditentukan oleh system tegangan yang bekerja pada benda uji yang bervariasi,
tergantung pada cara pengusiaannya
5.
Efek komposisi
ukuran butir
Ukuran
butir berpengaruh pada kerapuhan, sesuai dengan ukuran besarnya. Semakin halus
ukuran butir maka bahan tersebut akan semakin rapuh sedangkan bila ukurannya
besar maka bahan akan ulet.
6.
Perlakuan panas dan perpatahan
Perlakuan
panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau mengamati besar-besar butir benda uji dan untuk menghaluskan butir.
7.
Pengerasan kerja dan
pengerjaan radiasi
engerasan kerja terjadi
yang ditimbulkan oleh adanya deformasi plastis yang kecil pada temperature
ruang yang melampaui batas atau tidak luluh dan melepaskan sejumlah dislokasi
serta adanya pengukuran keuletan pada temperature rendah.
D.
Deformasi Plastis
Suatu material dapat
bertahan dari energy tekan di karenakan energy
tekan tidak melebihi energy material itu. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk
material yang di beri gaya tarik atau tekan sehingga dapat berubah bentuk dan
bila energy tarik atau tekan di hilang kan benda tersebut akan kembali k bentuk
semula . contoh nya saja pada waktu kita maelakukan uji tarik ,pada saat
material yang kita uji di tarik maka aka ada perubahan panjang pada material
itu tetapi material itu akan kembali pada bentuk semula apa bila gaya tarik di
hilangkan. Sedangkan pada deformasi
plastic material yang sudah di beri gaya tarik hingga mengalami perubahan
panjang atau bentuk tidak akan kembali pada bentuk semula setelah gaya tarik di
hilangkan. Seperti diperlihatkan dalam grafik tegangan-regangan terdapat yang
namanya batas luluh (yield strength) nah untuk deformasi elastis itu berada di
bawah batas luluh sedangkan untuk deformasi plastis berada/melewati batas luluh
suatu material, di mana untuk setiap material memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, misalnya saja pada pipa jenis API 5L X 52 di mana yield
strengthnya (SMYS) adalah 52000 psi yang artinya karakter elastis pada material
tersebut adalah < 52000 psi sedangkan plastisnya > 52000 psi. Mengenai
tentang struktur mikro, pada saat di deformasi elastis tidak ada perubahan
perubahan mikro begitu juga ketika deformasi elastis itu hilang. Secara
sederhana deformasi elastis itu dapat kita gambarkan dengan dua buah atom Fe
yang diikat dengan sebuah pegas. Ketika kita deformasi elastis maka pegas akan
berusaha melawan Fe yang kita tarik.
Untuk deformasi plastis struktur mikro sudah berubah. Sebagai inisiasinya adalah sudah putusnya
ikatan antara Fe, kemudian adanya pembentukan ukuran butir yang baru (biasanya
ukuran butir menjadi lebih kecil dan gepeng karena deformasi plastis akibat
tekanan). Pembentukan butir butir baru terbutlah yang menyebabkan terjadinya
perubahan struktur mikro. Biasanya daerah elastik itu dibatasi oleh garis
proporsioanal antara tegangan san tegangan, nah ujung dari titik proporsioanl
ini disebut sebagai yield point.setelah keluar dari daerah ini, disebut sebagai
daerah plastic yg tidak akan kembali
kebentuk semula. Alasannya karena
sudah terjadi perubahan, sedangkan di daerah elastic tidak terjadi perubahan
secara drastis, hal ini disebabkan ketika masih di daerah elastic, logam dapat
menahan beban yg diberikan yg disebabkan oleh bertemunya dengan batas butir
dengan dislokasi. sehingga menghambat pergerakkan dari dislokasi.. sedangkan
ketika sudah memasuki daerah plastik, dislokasi sudah memotong batas butir
(danidwikw.2013)
E. Perpatahan
Impak
Secara umum sebagaimana analisis
perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
a.
Perpatahan
berserat (fibrous fracture), yang
melibatkan mekanisme pergeseran bidangbidang kristal di dalam bahan (logam)
yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang
berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.Informasi lain
yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperaturn transisi bahan. Temperatur
transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis
perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada
pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada
temperatur tinggi material akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada
temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas (brittle).Fenomena
ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang berbeda
dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan dan
selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan (ingatlahbahwa energi
panas merupakan suatu driving force terhadap pergerakan partikel atom bahan).
Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu penghalang (obstacle)
terhadap pergerakandislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar.
Dengan semakin tinggi vibrasi itumaka pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit
sehingga dibutuhkan energi yang lebih besaruntuk mematahkan benda uji.
Sebaliknya pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, vibrasi atom relatif
sedikit sehingga pada saat bahan dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih
mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif
lebih rendah.
b.
Perpatahan
granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage)
pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai
dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya
yang tinggi (mengkilat).
c.
Perpatahan campuran (berserat
dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di atas.
F.
Patah Getas dan Patah
Ulet
Secara
umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu
a.
Patah
Ulet/ liat
Patah yang
ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama proses
penjalaran retak.
b.
Patah
Getas
Patah yang
ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi.
Tanpa terjadi deformasi kasar, dan
sedikit sekali terjadi deformasi mikro. Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung
terjadinya patah dari benda ulet menjadi patah getas :
1.
Keadaan tegangan 3
sumbu/ takikan.
2.
Suhu yang rendah.
3.
Laju regangan yang
tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
c.
Patah
Campuran
Merupakan
gabungan dari patah ulet dan patah getas.
(Yerik,2013)
G. Ketangguhan
Ketangguhan
adalah ketahanan suatu spesimen terhadap beban tumbukan ataukejutan. Pengertian
lain tentang ketangguhan juga dapat diartikan dengan jumlah energi yang diserap
spesimen sampai terjadi perpatahan .
Pengujian impact adalah
pengujian yang menggunakan prinsip hukum kekekalan energi, yang menyatakan
bahwa jumlah energi mekanik selalu konstan.
Tujuan utama dari pengujian impact
adalah untuk mengukur kegetasan atau keuletan bahan terhadap beban kejut
dengan cara mengukur energi potensial sebuah pendulum yang dijatuhkan pada
ketinggian tertentu. Pengujian impact
merupakan pengujian dengan menggunakan beban sentakan tiba-tiba. Metode yang sering digunakan dalam uji impak
ini adalah metode Charpy. Pada
metode charpy ini spesimen di letakkan mendatar dengan di tahan di bagian ujung
ujung nya oleh penahan dan kemudian pendulum di tarik ke atas sesuai posisi
yang di inginkan . Setelah itu pendulum
di lepaskan dan mengenai tepat pada bagian belakang takikan atau sejajar dengan
takikan .Pada saat pendulum dinaikkan sampai pada ketinggian H. pada posisi ini pemukul memiliki energi
potensial sebesar WH (W adalah berat pemukul). Dari posisi ini pemukul
dilepaskan dan berayun bebas memukul, batang uji hingga patah dan pemukul masih
terus berayun sampai ketinggian H1. Selisih antara energi awal (WH) dengan
energi akhir (WH1) adalah energi yang digunakan untuk mematahkan batang
uji. Ketahanan batang uji terhadap
pukulan (impact strength )
dinyatakan dengan banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan batang uji
(satuan Kgm/ft lb atau Joule). Impact
strength merupakan ketangguhan, yaitu ketangguhan benda uji terhadap
beban kejut pada batang uji yang bertakik (notch toughness). Logam yang
getas akan memperlihatkan impact
strength yang rendah. Bahan yang ulet menunjukkan nilai impact yang besar. Suatu bahan yang diperkirakan ulet ternyata
dapat mengalami patah getas. Patah getas
ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain adanya takikan (notch),
Gambar.3 Takikan
kecepatan
pembebanan yang tinggi yang menyebabkan laju peregangan yang tinggi pula dan
temperatur yang sangat rendah. Patah ulet selain ditandai oleh nilai impak yang tinggi tetapi juga
ditandai oleh permukaan patah yang berserabut yaitu karena adanya deformasi
plastis pada daerah patah. Permukaan
patah getas ditandai dengan permukaan patahan yang tampak mengkilat karena
patahannya kristalin, lebih halus
permukaan nya dan juga tidak berserabut
(Sariyusriati.2013)
H.
Deformasi Plastis
Suatu material dapat
bertahan dari energy tekan di karenakan energy
tekan tidak melebihi energy material itu. Deformasi elastis adalah perubahan bentuk
material yang di beri gaya tarik atau tekan sehingga dapat berubah bentuk dan
bila energy tarik atau tekan di hilang kan benda tersebut akan kembali k bentuk
semula . contoh nya saja pada waktu kita maelakukan uji tarik ,pada saat
material yang kita uji di tarik maka aka ada perubahan panjang pada material
itu tetapi material itu akan kembali pada bentuk semula apa bila gaya tarik di
hilangkan. Sedangkan pada deformasi
plastic material yang sudah di beri gaya tarik hingga mengalami perubahan
panjang atau bentuk tidak akan kembali pada bentuk semula setelah gaya tarik di
hilangkan. Seperti diperlihatkan dalam grafik tegangan-regangan terdapat yang
namanya batas luluh (yield strength) nah untuk deformasi elastis itu berada di
bawah batas luluh sedangkan untuk deformasi plastis berada/melewati batas luluh
suatu material, di mana untuk setiap material memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, misalnya saja pada pipa jenis API 5L X 52 di mana yield
strengthnya (SMYS) adalah 52000 psi yang artinya karakter elastis pada material
tersebut adalah < 52000 psi sedangkan plastisnya > 52000 psi. Mengenai tentang struktur mikro, pada saat di
deformasi elastis tidak ada perubahan perubahan mikro begitu juga ketika
deformasi elastis itu hilang. Secara sederhana deformasi elastis itu dapat kita
gambarkan dengan dua buah atom Fe yang diikat dengan sebuah pegas. Ketika kita deformasi
elastis maka pegas akan berusaha melawan Fe yang kita tarik. Untuk deformasi plastis struktur mikro sudah
berubah. Sebagai inisiasinya adalah
sudah putusnya ikatan antara Fe, kemudian adanya pembentukan ukuran butir yang
baru (biasanya ukuran butir menjadi lebih kecil dan gepeng karena deformasi
plastis akibat tekanan). Pembentukan butir butir
baru terbutlah yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur mikro. Biasanya
daerah elastik itu dibatasi oleh garis proporsioanal antara tegangan san tegangan,
nah ujung dari titik proporsioanl ini disebut sebagai yield point.setelah
keluar dari daerah ini, disebut sebagai daerah plastic yg tidak akan kembali kebentuk
semula. Alasannya karena sudah terjadi
perubahan, sedangkan di daerah elastic tidak terjadi perubahan secara drastis,
hal ini disebabkan ketika masih di daerah elastic, logam dapat menahan beban yg
diberikan yg disebabkan oleh bertemunya dengan batas butir dengan dislokasi.
sehingga menghambat pergerakkan dari dislokasi. sedangkan ketika sudah memasuki
daerah plastik, dislokasi sudah memotong batas butir.
(anonim.2013)
III .METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini ialah :
1.
Spesimen Uji
Gambar. 1 Spesimen Uji
|
2.
Jangkar Sorong
Gambar. 2 Jangka sorong
3.
Charpy
Gambar. 3 Charpy
B.
Prosedur Percobaan
Pada
percobaan uji impak ini kita melakukan langkah-langkah kerja sebagai berikut :
1.
Menyiapkan spesimen uji
impak yang dibuat sesuai dengan standar.
2.
Melakukan perlakuan
terhadap specimen sesuai dengan temperatur yang di inginkan dalam pengujian.
3.
Meletakkan spesimen
pada meja uji, memasang termokopel untuk mengetahui temperatur saat diberi
beban impak.
4.
Memberi beban impact,
setelah palu distop mencatat dahulu sudut yang ada pada dial.
5.
Menghitung energy impak
yang terjadi.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Data Hasil Percobaan
Hasil yang kami dapat
pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
Tabel.
1 Tabel hasil pengamatan
|
No
|
Panjang (mm)
|
(mm)
|
(mm)
|
Kedalaman takik(mm)
|
1
|
56,35
|
9,75
|
9,75
|
1
|
2
|
56,1
|
9,7
|
9,7
|
1,15
|
3
|
56,85
|
9,5
|
9,5
|
1,32
|
Tabel.
2 Besar energi impactnya
Spesimen
|
Energi impact ( J )
|
HI ( J/mm2
)
|
1
|
277
|
0,5041749
|
2
|
254
|
0,4667659
|
3
|
253
|
0,46845346
|
B.
Pembahasan
Adapun pengamatan yang
dilakukan antara lain sebagai berikut :
1.
Aplikasi Didunia Nyata
dan Industri
Uji
impak merupakan salah satu cara untuk menguji kekuatan dari suatu material. Uji
impak sendiri memiliki dua metode antara lain metode charpy dan metode izod,
dalam percobaan ini metode yang digunakan adalah metode charpy.
Pada
baja dan aluminium terdapat perbedaan harga impak. Harga impak baja lebih
tinggi daripada aluminium menunjukkan bahwa ketangguhan baja lebih tinggi jika
dibandingkan dengan aluminium. Ketangguhan adalah kemampuan material untuk
menyerap energy dan berdeformasi plastis hingga patah. Salah satu contoh yang
paling familiar dan sering digunakan dikalangan masyarakan adalah memotong kayu
menggunakan kapak, jika diperhatikan dengan seksama maka kita akan menemukan
kemiripan dengan impak. Berikutnya
salah satu contoh yang sering digunakan pada industri skala besar seperti
pabrik ialah seperti pada industri pembuatan helm, sebelum helm digunakan helm
tersebut harus diuji terlebih dahulu sebelum dipasarkan kepada masyarakat agar
helm tersebut memenuhi Standar Nasional
maupun Standar International.
2.
Pengaruh Temperatur
Terhadap Energi Impak
Temperatur
yang diberikan terhadap spesimen uji memberikan pengaruh yang cukup membuat
spesimen uji menjadi lebih getas dan bila temperatur yang diberikan kepada
spesimen uji semakin tinggi maka spesimen uji tersebut semakin ulet sesuai
dengan temperatur yang diberikan terhadap spesimen uji. Berdasarkan uraian
diatas diketahui bahwa pengaruh temperatur terhadap energi impak menunjukan
energi yang diserap oleh spesimen uji semakin kecil jika temperaturnya dinaikan
serta memberikan keuletan terhadap spesimen uji sesuai temperatur yang
diberikan.
3.
Pengaruh Takik Terhadap
Energi Impak
Ada
tiga macam bentuk takikan pada pengujian impact yakni takikan V, U dan key hole Pada suatu konstruksi,
keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat berpengaruh terhadap
kekuatan impact. Adanya takikan pada kerja yang salah seperti diskotinuitas
pada pengelasan, atau korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan (stress concentration). Adanya pusat
tegangan ini dapat menyebabkan material brittle (getas), sehingga patah pada
beban di bawah yield strength.
Gambar.
1 spesimen setelah diuji
Besarnya energi
yang diserap oleh speimen membuat spesimen membentuk sebuah takikan seperti
yang terlihat pada gambar 4.1. pada gambar tersebut menunjukan bahwa energi
yang diserap dilanjutkan hingga terjadi perpatahan pada spesimen tersebut,
perpatahan yang terjadi pada percobaan yang telah dilakukan merupakan perpatahan
campuran.
4.
Pengaruh Luas Permukaan
Terhadap Energi
Setiap
spesimen yang diuji memiliki luas permukaan yang dapat memengaruhi penyerapan
energi yang diberikan kepada spesimen uji. Gambar 1 memberikan pengetahuan
bahwa semakin besar luas permukaan maka semakin kecil energi yang terserap oleh
spesimen uji serta membentuk takikan yang tidak dalam namun jika semakin kecil
luas permukaan maka semakin besar pula energi yang terserap oleh spesimen uji
serta membentuk takikan terhadap spesimen uji yang cukup dalam.
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Impact
Test adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu
specimen terhadap pemberian beban secara tiba-tiba melalui tumbukan.
2.
Metode yang digunakan
pada pengujian impact ada dua yaitu :
a.
Metode Charpy
b.
Metode Izood
3.
Salah satu hal yang
mempengaruhi impact adalah temperature. Semakin rendah temperature
suatu material maka akan semakin getas material tersebut, dan semakin tinggi
temperature maka material akan semakin ulet.
4.
Energi
impact yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran dan terendah pada
takikan segitiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perpatahan akan semakin mudah
terjadi pada takikan bersudut.
B. Saran
Adapun saran yang diberikan setelah praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Sebaiknya
saat praktikum di laboratorium, kedua metode pada pengujian impact
dilakukan , agar kita dapat melihat perbedaannya dengan jelas.
2.
Pembuatan
takikan pada specimen harus simetris agar hasil yang diperoleh lebih akurat
Pengujian
impak yang dilakukan pada praktikum ini sesuai dengan standar ASTM E 23 untuk
metode Charpy dan Izod. Metode Charpy digunakan secara luas di Amerika,
sedangkan metode Izod digunakan di Eropa. Gambar kedua jenis spesimen tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah :
Gambar 2 metode
charpy dan izod
Spesimen Charpy mempunyai 3 jenis takikan, yaitu takikan V, takikan U,
dan takikan O. Gambar dan dimensi ketiganya dapat dilihat pada gambar di bawah
:
Gambar 3 takikan
dispesimen
Pengujian yang dilakukan dengan metode Charpy akan
menghasilkan harga impak yang lebih valid dibandingkan bila dilakukan dengan
metode Izod, karena energi yang diserap penyangga tidak terlalu besar sehingga
tidak banyak mempengaruhi harga impak. Praktikum ini menggunakan spesimen
Charpy dengan takikan V. Selain harga impak, pengujian ini juga dapat
menentukan nilai temperatur transisi. Temperatur transisi adalah jangkauan
temperatur dimana suatu material mengalami perubahan jenis patahan dari ulet
menjadi getas. Temperatur transisi ditentukan dengan banyak cara. Pertama FATT
(Fracture Appearance Transition Temperature), yaitu temperatur dimana permukaan
patahan 50% getas dan 50% ulet. Kedua memperhatikan nilai FTP (Fracture
Transiton Plastic) dan NDT (Nil Ductile Temperature). FTP adalah temperatur
dimana suatu patahan dari ulet sempurna menjadi getas. Sedang NDT adalah
temperatur saat tidak ada lagi deformasi plastis lagi yang terjadi sehingga
suatu material langsung mengalami patah getas. Jangkauan temperatur antara FTP
dan NDT inilah yang disebut dengan temperatur transisi
Gambar 4 mesin uji impact (charpy)
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi
yang diberikan beban dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Saat
beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban memiliki enegi potensial,
kemudian saat menumbuk spesimen energi kinetik mencapai maksimum. Energi yang
diserap spesimen akan menyebabkan spesimen mengalami kegagalan. Bentuk
kegagalan itu tergantung pada jenis materialnya, apakah patah getas atau patah
ulet. Dengan membuat variasi
perubahan temperatur, maka dilihat bentuk patahan dan energi yang diserap oleh
spesimen, lalu dibuat suatu kurva yang menghubungkan antara temperatur dan
energi yang diserapnya. Selain mendapat kurva energi yang diserap-temperatur,
dari praktikum ini jua bisa menndapat Harga Impak. Harga Impak (HI) didapat
dengan rumus :
H I =
dimana : E = Energi
impact
A
= Luas penampang
DAFTAR PUSTAKA
Sherverlana
Shirley.2013.Modul Praktikum Material Teknik.UNILA.Bandar Lampung.
Diakses pada tanggal 05 februari 2013 pukul 16.00 wib melalui web : http://danidwikw.wordpress.com/2010/12/17/pengujian-impak-dan-fenomena-perpatahan/.
Diakses pada tanggal 05 februari 2013 pukul 16.08 wib melalui web : Yerik,2011.teori dasar impact. http://pahatbaja.blogspot.com/2011/06/teori-dasar-impact.html
.
Diakses pada tanggal 05 februari 2013 pukul 16.14 wib melalui web: Sariyusriati.2011.uji impak.http://material12-its.blogspot.com/2011/08/uji-impak.html.
Diakses pada tanggal 05 februari 2013 pukul 16.25 wib melalui web : http://wikepedia.com/.
LAMPIRAN
TUGAS AKHIR
1.
Sebutkan perbedaan uji
impact metode izod dan charpy dan gambarkan bentuk spesimen uji serta
dimensinya.?
2.
Apa guna temperatur transisi
dalam perencanaan?
3.
Gambarkan kurva energi
impact vs temperatur dan buat analisanya !
4.
Sebutkan faktor-faktor
yang mempengaruhi harga impact ?
5.
Berdasarkan permukaan
patahan, sebutkan apa yang dimaksud patah ulet dan patah getas !
6.
Sebutkan hal-hal apakah
yang menyebabkan terjadinya patah getas ?
7.
Jelaskan pengaruh
anisotropi pada logam terhadap beban impact !
JAWAB
1.
Kalau metode izod,
specimen berada pada posisi vertical pada tumpuan dengan salah satu ujungnya
dicekam dengan arah takikan pada arah gaya tumbukan. Sedangkan metode charpy,
specimen dipasang secara horizontal dengan kedua ujungnya berada pada tumpuan,
sedangkan takikan pada specimen diletakkan di tengah-tengah dengan arah
pembebanan tepat diatas takikan.
2.
Temperature transisi
berguna untuk menjelaskan atau mempertegas keadaan suatu material. Karena defenisi dari
temperature transisi sendiri meruapakan perubahan dari temperature. . Pada pengujian dengan temperatur yang
berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan
bersifat ulet sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh
atau getas.
3.
Bila
temperatur dinaikkan (ingatlahbahwa energi panas merupakan suatu driving force
terhadap pergerakan partikel atom bahan), pada saat terjadi deformasi kejut/impak dari luar maka pergerakan dislokasi mejadi relatif
sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih besaruntuk mematahkan benda
uji.Sebaliknya pada temperatur di bawah nol derajat Celcius, pada saat bahan dideformasi pergerakan
dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji menjadi lebih mudah dipatahkan
dengan energi yang relatif lebih rendah.
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi harga impact adalah :
1. Bentuk takikan
2. Beban
3. Temperature
4. Transisi ulet rapuh
5. Efek komposisi ukuran butir
6. Perlakuan panas dan perpatahan
.7. Pengerasan kerja dan pengerjaan
radiasi
5. Patah
ulet yaitu perpatahan yang terjadi yang didahului deformasi plastic dan
penyerapan energy dan Patah getas yaitu perpatahan yang tanpa
didahului dengan deformasi plastic dan penyerapan energi yang hanya sedikit
atau dapat dikatakan tidak terjadi penyerapan energi
6.
Yang menyebabkan
terjadinya patah getas adalah keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan, Suhu yang
rendah, Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.
7.
Pengaruh anisotrapi
mempunyai ketergantungan sifat pada arah sangat penting pada pembuatan tempa
dan plat arah melintang panjang dan arah tegak pendek hasil pengerjaan.
1. Sejarah
Pengujian Impak
Sejarah
pengujian impak terjadi pada masa Perang Dunia ke 2, karena ketika itu banyak
terjadi fenomena patah getas yang terjadi pada daerah lasan kapal-kapal perang
dan tanker-tanker. Diantara fenomena patahan tersebut ada yang patah sebagian
dan ada yang benar-benar patah terbeah menjadi 2 bagian, fenomena patahan ini
terjadi terutama pada saat musim dingin-ketika diaut bebas ataupun ketika kapal
sedang berabuh. Dan contoh yang sangat terkenal tentang fenomena patahan getas
adalah tragedi Kapal TITANIC yang melintasi samudera Atlantik.
Dasar pengujian
impak ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun
dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji
mengalami deformasi.
2. Jenis-jenis
metode uji impak
Secara umum
metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis yaitu:
- Metode Charpy
- Metode Izod
Metode Charpy: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen
uji pada tumpuan dengan posisi horizontal/ mendatar, dan arah pembebanan
berlawanan dengan arah takikan.
Gbr1. Ilustrasi
skematik pembebanan impak pada benda uji Charpy dan Izod
Metode Izod: Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji
pada tumpuan dengan posisi , dan arah pembebanan serah dengan arah takikan.
Gbr 2. Ilustrasi
skematis pengujian impak.
3. Perpatahan
Impak
Secara umum
sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji tarik maka perpatahan
impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
- Perpatahan berserat (fibrous fracture),
yang melibatkan mekanisme pergeseran bidangbidang kristal di dalam bahan
(logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan
berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan
buram.
- Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan
oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan
(logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan patahan
yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi
(mengkilat).
- Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua
jenis perpatahan di atas.
Gbr 3. Ilustrasi
permukaan patahan (fractografi) benda uji impak Charpy
Informasi lain
yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi bahan. Temperatur
transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis
perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada
pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada
temperatur tinggi material akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada
temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas (brittle).
Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur yang
berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi
kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan
(ingatlahbahwa energi panas merupakan suatu driving force terhadap pergerakan
partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan sebagai suatu
penghalang (obstacle) terhadap pergerakandislokasi pada saat terjadi
deformasi kejut/impak dari luar. Dengan semakin tinggi vibrasi itumaka
pergerakan dislokasi mejadi relatif sulit sehingga dibutuhkan energi yang lebih
besaruntuk mematahkan benda uji. Sebaliknya pada temperatur di bawah nol
derajat Celcius, vibrasi atom relatif sedikit sehingga pada saat bahan
dideformasi pergerakan dislokasi menjadi lebih mudah dan benda uji menjadi
lebih mudah dipatahkan dengan energi yang relatif lebih rendah.
Gbr 4. Efek
temperatur terhadap ketangguhan impak beberapa material.
4. Patah Getas
dan Patah Ulet
Secara umum
perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu :
- Patah Ulet/ liat
Patah yang
ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama proses
penjalaran retak.
- Patah Getas
Patah yang
ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa terjadi
deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro.
Terdapat 3
faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi patah
getas :
- Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
- Suhu yang rendah.
- Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang
cepat.
Jenis-jenis
takikan/ notch yang terdapat pada pengujian impak
mohon bantuan,,
ReplyDeletesaya sedang mengadakan penelitian tentang fatigue dengan standart astm E647 tp blm menemukan standart "astm E647" itu seperti apa..
mohon pencerahannya
terimakasih sebelumnya.